Kamis, 16 Oktober 2014

Embun Oktober

Ketika Sang Surya meniti di permukaan bumi
Dan sang embun mengembara di awang-awang penyiksa
Menembus kulit kaca,menggelitik pori-pori
Sinarnya tak sampai
Terhalang embun kaca penyesat
Kurasakan hingga paru-paru
"Ini berbeda teman, ini bukan kabutmu"
"Kabut ini tidak sejuk, tidak segar"
"iya datang bukan dari tempat kita"
"ini kiriman dari tetangga"
tetangga yang mengembara bersama sang angin
angin yang meniup segalanya.

Selasa, 08 Juli 2014

Kau tahu?



Aku telusuri deret huruf yang telah lampau
Menjejak kata demi kata 
Menyimak makna demi makna
ini tentang lampaumu
Lampaumu begitu rumit
Kau tahu?
Aku tertatih tatih menelusuri koridor lampaumu
Hasrat yang membimbingku
Ia memaksaku masuk ruang lampaumu
Ia memaksaku mengobrak abrik lampaumu
Ia memaksaku menelaah lampaumu
Ia memaksaku menerjemahkan lampaumu
Ia memaksaku ikut terjerat dalam jaring lampaumu
Disini,aku tak berhak memaksamu melangkah dari lampaumu
Bahkan untuk membujukmu keluar,aku lemah
Kau tahu?
hasrat yang mendorongku
Membudakku agar menekuri masa lampaumu
Membudakku merangkai kata tak layak edar
Membudakku merapuhkan asa
Membudakku agar mengumpulkan sesak
Membudakku agar menampung isak
Kau tahu?
Semua ini mengutuk perasaanku
Melumpuhkan rasaku
Mematikan harapku
Mengubur anganku
Menutup jalanku menujumu

 ~Ratih

Sabtu, 07 Juni 2014

Rindu



                kutarik lurus benang  yang menghubungkan masalalu, mataku berpetualang sejenak menjelajah ruang tempatku terdiam saat ini ,sepi senyap,angin bergelut  angan dan harap memutar kembali ingatan usang yang telah lama terkubur,ingatan tentang sosok itu kembali mengusik ruang tunggu  hati ,ingatan itu bergegas memutar kisah tak bertuan satu tahun lalu, ia mengobrak abrik kisah usang yang  tersusun rapi  di dalam sesak,yang menyisakan kenang  didalam isak,kini kisah itu berantakan, ada bagian kecil dari kisah ini yang hilang ,bagian ini bagian yang kurindukan.

‘yang mana?’ ingatanku mencari bagian kecil dari kisah ini,ia kembali menelusuri waktu,mencoba mengingat kembali kisah yang hilang ini

‘dimana dia?’ Sekali lagi ia kembali bertanya, tak satupun yang menjawab selain senyap .seketika ingatanku buyar didapati pandanganku menangkap sosok yang melintas dihadapan

‘Itu dia!’ sosok itu melintas begitu saja,tanpa kata,tanpa menghiraukanku,genap sudah kisah menyesakkan ini

Ketika kenyataan masih tetap sama seperti satu tahun yang lalu,sama-sama tak bertuan,sama-sama menyisakan sesak,hanya saja rasa ini masih tetap sama,dibagian akhir tulisan ini aku hanya ingin mengungkapkan bahwa aku merindukanmu.

Selasa, 27 Mei 2014

Selamat ulang tahun Ayah



Kepada lelaki yang kini mulai beruban,

Aku ingin merenungi banyak hal tentangmu terutama tentang aku yang telah enam belas tahun memilikimu. Pertama, tentang perjalanan yang telah membawaku ke tahap ini. Adalah sebuah syukur kepada semesta bahwa aku telah diberikan kesempatan bernapas, enam belas tahun hidup di dunia,dibahumu aku bersandar ,menatap lembut wajahmu,mataku terbelai oleh senyummu,tak kuasa isak menampung semuanya hingga aku menangis karena merasakan getir napasmu yang berubah menjadi sebuah kebahagiaan,kau menyunggingkan seulas senyum untukku,ayah.

Sepertinya masa kecil adalah masa-masa aku menjalani sebuah perjuangan dalam hidup. Belajar telungkup-merangkak-jatuh-berdiri-jatuh-takut berdiri-kamu tuntun lagi untuk berjalan-hingga aku berani berjalan sendiri. 

Waktu kecil, ketika aku belajar naik sepeda, jatuh. Ketika sekolah dan aku bermain lari-larian bersama temanku, jatuh. Pengalaman jatuhku cukup banyak, bekas lukaku juga cukup banyak. Hingga lama kelamaan jatuh menjadi perkara biasa untuk dihadapi.

Tapi ada hal unik, yah. Saat ini jatuh bukan lagi perkara tubuh tapi juga perkara pikiran. Ayah pasti tahu lebih banyak tentang itu. Hanya saja aku selalu ingat Ayah dan kata-kata Ayah ketika pertama kali aku jatuh. Kupikir itu adalah alasan yang menguatkanku untuk berdiri.

Ayah, aku ini tetap menjadi gadis kecil yang manja dihadapanmu. Masih menjadi gadis kecil yang tidak sanggup berbohong denganmu, semeyakinkan apapun aku berbohong kamu pasti tahu -walau tentu saja kamu pura-pura percaya padaku-. Aku hanya ingin mengucapkan sebuah ketulusan, terima kasih banyak atas enam belas tahun ini tabah sekali merawatku dengan segala keras kepala dan bebalnya aku, sekarang sudah waktunya aku yang ganti membahagiakanmu.

Walaupun hidup menjatuhkanku, walaupun segala tujuanku terasa sulit, berkat doa dan kasih sayangmu segalanya menjadi mungkin dan selalu ada harapan.
Mencintai dan membahagiakanmu itu tidak pernah menemukan kata selesai, Ayah. 

Ayah, Jika ada kehidupan lain setelah ini, ijinkan aku untuk tetap menjadi anakmu, aku menyayangimu.

Oh iya, kata-katamu yang menyemangati waktu aku jatuh pertama kali: "jangan takut, Ayah menjagamu dari belakang"

Selamat ulang tahun ayah 25 Mei 1965

Kamis, 01 Mei 2014

hari ini


Alunan yang kau dengarkan kemarin adalah sebuah pengungkapan,kau mendengarkannya,bahkan kau sempat membalasnya

Mungkin kau sempat bertanya “Apakah ini yang kausebut patah Ra? " Kemudian kau membiarkan waktu berjalan sendiri, menekuri masa demi masa. Hampa. tersudut menikmati alunan itu.

" Inikah yang dinamakan sia-sia?" Aku balik bertanya dalam lamunanku, seolah menjawab pertanyaanmu, Aku masih diam. Segalanya masih berputar di kepalamu, segala tanya tentang masa lalumu,kau ditenggelamkannya.

 "Ra,yang tabah ya" , bisik remang memecah lamunanku, suara itu, aku mengenalinya,aku tertunduk kian dalam,beralih melanjutkan lamunanku tadi.

 "Apa maksudmu?" aku bertanya sendiri dalam lamunku, Kau dan aku tak menemukan jawaban apapun dari pertanyaan-pertanyaan itu hingga akhirnya hening menjamu seluruhnya.

Mungkin,tidak semua pertanyaan harus mendapat jawaban, tapi cukup dimengerti, cukup diterima. Itu saja cukup.Kubiarkan hening menjadi tuan rumah bagi situasi ini. Kenangan dan masalalu tetap ada sebagai bagian dari waktu, bagian dari sejarah yang meski tak kau suka tapi menjadi alasanmu hidup hari ini. 

            Hari ini -atau tepatnya dimulai sejak beberapa waktu lalu-, kita adalah orang asing. Entah waktu, entah aku yang tak mampu menyikapi adamu hingga akhirnya segalanya selesai.

 Tapi hari ini, aku masih menunggu walaupun tak ada yang datang, selain sepi. 

-1 Mei 2014-