Kau
telah lama paham akan rasa yang sempat mereka bisingkan ,begitupun aku , aku berusaha
memaklumi setiap hadirnya rumit,tapi keadaan sesungguhnya tetap saja enggan
menjelma nyata. Hanya saja keadaan itu telaten menguliti sandiwaraku.
Saat
perasaanku tertoreh lalu tertumpah ruah, mengapa seperti engkau tahu ada
selirik mata yang membuntuti kemana tapakanmu menjajak, iya kah? Sepertinya aku
terlalu membesar hati, namun sekecil itu lah hatiku berani merasa. Jika kau
risih,jika kau terasa terganggu, maaf.
Dan
di sini lah aku, mengingat sekeping kebodohanku untuk orang yang kemarin aku
kagumi.Mungkin saat itu aku tidak paham, kalau setelahnya hariku tak akan sama
lagi seperti hari lalu. Mungkin saat itu aku juga tak paham, kalau setelahnya
aku akan mengenal apa itu mengagumi, diam-diam.
Aku
yang sudah lancang jatuh ini akan berniat menjatuhkan diri ke lubang berbeda
hingga pecah tanpa sisa? Aku ragu
menyelam mengetuk sendiri pintu usang hatiku memintakan jawab.
Berapa kali aku menegur hati untuk berhenti.
Berhentilah, harus berkeras hati seperti ini kah aku? Bodoh ya, padahal aku tahu
saat ini masih ada sosok istimewa itu,sosok istimewa itu mungkin takkan
tergantikan.
Lagi-lagi aku tetap saja mengkokohkan, Padahal
semenjak awal sudah menyadari,tentang rasa yang mungkin tak pernah pantas hadir
menjelma menggantikan sosok istimewa itu.sosok yang teramat istimewa
bagimu,bahkan aku tak sempat menuli saat mendengar lisan yang masih terucap
tentang sosok istimewa itu, dan lagi-lagi aku tak sempat menyudahi pandangmu
sembari menjelajah lurus menatap sosok istimewa itu.
Jujur, berapa jauh rasa
yang telah lama hadir,tapi belum sempat kau indahkan sampai saat ini, padahal sebelum
kau menempatkan sosok istimewa itu,aku “telah lama hadir” sebagai penikmat rasa,kutarik
lurus bayang matamu,aku hanya berani melahap kekosongan benak,bak semilir angin
yang terus menggoyahkan harapku.
Sekeji apa aku menyakiti hati yang tak pernah ku
pinta? Untuk membuat seulas senyum saja sekarang begitu sulit. Padahal dulu tak
terhitung perharinya.Saat ini Berdiam hanya memandang. Mencari, tertawa,
berlari sendiri. Sendu, pada akhirnya tersayat sendiri. Lebih ke menyayat diri
malah, jujur saja.
Nanti,akankah rasaku tetap sama? Apa aku kuat bertahan
dengan kebodohan ciptaanku sendiri? Kau adalah pendatang luka dan Aku tetap
saja menjadi penerima luka darimu.
Terhitung hari ini,aku benar-benar berhenti,maaf
sempat membuatmu risih akan hadirku.Setelah itu,aku benar-benar akan melupa.Aku
terlalu puas menikmati luka yang kubuat sendiri.